Showing posts with label Novel. Show all posts
Showing posts with label Novel. Show all posts

Monday, January 16, 2012

Getting Unstuck





Penulis : Dr. Timothy Butler
Terbit : Desember 2007
Bahasa : Indonesia
Sinopsis : Adakalanya kemandekan hadir dalam pekerjaan atau kehidupan kita. Dalam kemandekan, kita merasa patah semangat, kehilangan arah, tak puas dengan keadaan namun tak tahu harus berbuat apa. Namun, siapa sangka bahwa kemandekan ternyata ada gunanya? Kemandekan akan memaksa Anda untuk menyadari bahwa perubahan harus terjadi—dalam pekerjaan, dalam kehidupan, dalam visi Anda. Dan ternyata saat kita mengalami kemandekan merupakan kesempatan terbaik untuk memulai perubahan yang akan menjadikan hidup Anda makin bermakna.

Dr. Timothy Butler, ahli psikologi dan pembimbing karier berpengalaman dari Harvard Business School, berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam membimbing orang-orang melalui kemandekan dan menjadikannya batu loncatan menuju kehidupan baru yang lebih memuaskan. Metode-metode Dr. Butler, yang didasarkan pada pengalaman karier dan riset beliau selama 20 tahun, dapat membuat Anda lebih mengenal diri Anda, apa yang paling bermakna bagi Anda, dan apa yang bisa Anda lakukan untuk mencapainya.

Kita semua pasti pernah mengalami yang namanya kebuntuan secara psikologis atau kemandekan. Kemandekan sendiri biasanya diawali oleh peristiwa yang sebenarnya dapat diduga: saat harus kehilangan pekerjaan, saat kita putus cinta, saat kehilangan sosok yang biasanya menyemangati dan menyayangi Anda untuk selamanya.

Kemandekan kadang datang pada situasi yang tidak kita duga; ketika karier kehilangan tantangannya, ketika Anda merindukan suasana intim tetapi belum menemukan pasangan jiwa yang cocok atau ketika Anda ingin menjalani hidup yang lebih bermakna lagi. Seperti yang telah diperkirakan (atau tidak), kemandekan mendatangkan rasa “lumpuh” seakan Anda tidak dapat melakukan apa-apa. Di kantor, Anda sering merasa stagnan dan kurang mendapat tantangan. Kehidupan pribadi Anda pun diisi perasaan yang tidak tenang, penurunan kualitas dalam berpikir dan bosan berkepanjangan. Saat mengalami kemandekan inilah Anda dipaksa menyadari bahwa perubahan harus dilakukan—dalam pekerjaan, keluarga, dan visi hidup—jika ingin hidup memiliki makna yang lebih.


Dalam Getting Unstuck, ahli psikologi, Timothy Butler membagi pengalaman dan hasil penelitiannya selama 20 tahun. Dalam buku ini Anda akan dapat:

· Belajar bagaimana mengenali kebuntuan secara psikologis dan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

· Berpartisipasi dalam latihan yang dapat membuat Anda lebih mengenal diri Anda.

· Mengetahui bagaimana cara melakukan aktivitas, memberikan penghargaan, mengenal berbagai tipe manusia, budaya kerja dan komunitas yang akan memuaskan keingintahuan Anda.

· Melihat bagaimana caranya Anda membuat keputusan yang tepat yang dapat mengubah visi baru Anda menjadi kenyataan.

Getting Unstuck Adalah sebuah kisah individu yang berhasil keluar dari kemandekan dan menemukan kembali arti hidup.


Other Indonesian Books
Other Novel Books
Download

Saturday, January 14, 2012

Dude, Where's My Country? Michael Moore






The shocking, rollicking, administration-ending new book By the year's #1 selling author Michael Moore

When the powers-that-be succeeded in ignoring-and then silencing-the nation's widespread dissent over war, one man stood on an Oscar stage and, in front of a billion people, outed the commander in chief for his fictitious presidency and his fictitious war. Now, just a few months later, those words have remarkably become the accepted truth of the land.


Other Novel Books
Download

Wednesday, January 11, 2012

Princess Sultana's Daughters - Jean P. Sasson






Buku sebelumnya yang berjudul “Princess: Kisah tragis Putri Kerajaan Arab Saudi” menggambarkan kehidupan masa kecil Puteri Sultana sejak masa kanak-kanak sampai Perang Teluk pada 1991.

Buku ini merupakan kelanjutan kisah Puteri Sultana, anak-anak perempuannya, dan perempuan-perempuan Arab lain yang mereka kenal secara personal.

Para pembaca dianjurkan untuk membaca buku pertama tentang Sultana. Namun, Princess Sultana’s Daughthers merupakan cerita yang berdiri sendiri dan dapat dinikmati tanpa membaca buku sebelumnya.

Having read Princess and Princess Sultana’s Daughters, I just had to finish the true life trilogy and buy Desert Royal by Jean Sasson. It can be quite confusing when purchasing this book because there is another title by Jean Sasson called Princess Sultana’s Circle which is, as I understand it, the American version of Desert Royal (or it could be vice versa!).

So, Desert Royal continues the story of the life of Princess Sultana and her family – her husband Kareem and her two daughters Maha and Amani.

As with the first two books, the author recounts the lifestyle of the fabulously wealthy royal Saudis which is all due to the exploration of oil in Saudi Arabia.

When I first read Princess I was genuinely sympathetic towards Sultana but, after reading the trilogy, I do believe that she is just another pampered princess looking for a good cause to fight, albeit hers is a somewhat silent fight.

Sasson again writes in a style which helps the reader to visualise the pampered lifestyle of the princess and other Saudi royals. Let us not forget that those of us in the “Western” world don’t readily understand the different culture of the Saudi people and these books are quite an eye-opener to their customs albeit so very different to ours. I still find it totally unacceptable the way females are treat and even bought as a possession to be used for sex. I feel real pity for the poor young girls from Asia who are sold by their poor parents to the rich Arabs as sex playthings to be discarded to another buyer after the “owner” becomes bored with them (any also after having taken the poor girl’s virginity). This book does actually bring to light that the sex/slave traffic in young girls is still alive – which I find totally abhorrent in this day and age!

It also gives us another insight into the injustices against the female population whereby the word of the religious men is taken as true and the poor female hasn’t got a cat in hell’s chance of getting the Arabs to believe her side of the story. For example, a young girl from a wealthy family was swimming in her parents’ outdoor swimming pool in a bikini. Their neighbour’s son kept watching her swimming and told his father, a cleric, that the girl was flaunting herself to him and that she pulled down her bikini top to show him her breasts and that she should be punished. The girl’s father tried to help his daughter but, against the wrath of the religious cleric, had to be seen to punish her. She was married off to a Bedouin tribesman to live a poor and slavelike existence. How I felt for this poor girl.

The book not only describes Sultana’s life but is very historical in parts and goes into quite some detail about the various Middle East conflicts that we have all seen on our TV screens in past years and in one section Sultana actually tells us her husband’s view on the fate of the Saudi royals which is rather startling.

There are accounts which show Sultana’s frustration at her inability to help her fellow females and when she turns to a shopping spree in New York to try to alleviate her feelings I just felt sheer disgust. To spend just under US$400,000 on clothes etc. in a couple of days was just sheer and utter extravagance – she could so easily have helped her London servant financially to go to university which was her dream but the poor girl was working and sending money home to pay for her brother’s education. Sultana had the chance to redeem herself and help this servant but she chose not to.

Alcohol is banned in Saudi Arabia yet Sultana reveals that the majority of the royals have stocks of wine and spirits in their homes and she became an alcoholic. This just reveals that it is the usual practice that the rich get away with it whilst the poor don’t. An ordinary Saudi found drinking alcohol could most likely be put to death for such an action but no so the pampered royals.

When Sultana’s family decided to “get back to their Bedouin roots” I thought perhaps she was going to be roughing it but oh no, not our Sultana and family. No, a cavalcade of approximately 25 Mercedes, Persian rugs and furniture were taken to make the experience comfortable together with a host of servants, fridges, food and water. How on earth could this experience be “getting back to their Bedouin roots” when they were being provided with such luxury? What a farce and Sultana really started to lose my respect.

I did however gain a bit more respect for her when she battled to free a harem of young girls from one of her relations and when she actually did save the life of a young girl who had been bought by one of her nephews and who had been raped by this nephew and his friends whilst they were on the above mentioned trip to the desert. Sultana and her female relations did stand together against the males and rescued the poor unfortunate girl.

I do understand that it cannot be easy for Sultana to do more but she doesn’t live the life of a normal Saudi female. She lives quite a privileged life, money is no object and she has the best of everything that money can buy but she is still not totally happy.

Sasson has been very clever in her portrayal of Sultana’s life and she has managed to show us that Sultana, although struggling to fight for the freedom of her fellow female Saudis, can be just a tad irritating at times with her stories of obscenely expensive jewellery for herself and her daughters.

This book just relates the story of a spoilt, pampered woman and doesn’t actually show us the true story of an ordinary Saudi woman. Don’t get me wrong, I do admire the fact that Sultana has actually tried to do something but we don’t see the real people of Saudi and I would have liked to have had a bird’s eye view of an ordinary female’s life in this country but then an ordinary female probably wouldn’t have the access to outsiders that has been granted to Sultana.

However, I did enjoy reading the books and would definitely recommend you to read them.

This book can be bought from most ordinary bookshops and from Amazon.co.uk. Prices vary but if you shop around you can get good deals.


Other Indonesian Books
Other Novel Books
Download

Taj: Tragedi di Balik Tanda Cinta Abadi (Timeri N. Murari)






Siapa pernah menyangka di balik keindahan dan kesucian cinta yang tercermin dari Taj Mahal, tersimpan keangkuhan hati manusia? Atau, pernahkah kita menduga ketulusan cinta Shah Jahan kepada Arjumand Banu, Mumtaz Mahal sang Penghias Istana, harus ternoda oleh sisi gelap nan menyakitkan?

Tatkala Taj Mahal selesai dibangun, kesultanan Mughal justru terkoyak dari dalam istana. Perseteruan dua anak Shah Jahan, Dara dan Aurangzeb, dalam memperebutkan Singgasana Merak Kesultanan makin memanas dan mencapai puncaknya ketika Aurangzeb melakukan pemberontakan. Aurangzeb lalu memenggal kepala Dara dan menunjukkannya di hadapan sang Ayah, Shah Jahan.

Maka berulanglah sebuah pengkhianatan terhadap hukum Timurid yang diciptakan leluhur mereka, Timur-i-leng: “Jangan sakiti saudaramu, meskipun mereka mungkin layak mendapatkannya.” Ini tak ubahnya sebuah karma akibat Shah Jahan membunuh saudaranya, Khusrav, demi mengamankan kekuasaannya.

Novel ini menyajikan kisah Taj Mahal dari sudut pandang berbeda; di mana cinta dan kesetiaan berbalut nafsu angkara akan takhta. Melanjutkan tradisi penggambaran indah John Shors dalam Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi (Mizan, 2006), pembaca diajak menikmati eksotika India masa silam dengan segala kegemerlapannya.



Other Indonesian Books
Other Novel Books
Download

Tuesday, January 10, 2012

NATASHA mengungkap perdagangan sex dunia







Natasha... membuka mata kita tentang apa yang terjadi dalam dunia trafiking tak sekadar seru dan mengharukan, investigasi atas perbudakan sekejam-kejamnya ini akan menyengat Anda untuk peduli dan beraksi. Keruntuhan Blok Timur mendatangkan petaka bagi kaum perempuan Rusia dan Eropa Timur. Karena terhimpit kesulitan ekonomi, mereka mencoba kesempatan apa saja agar dapat bekerja, dan para durjana memanfaatkan keadaan mereka. Tak terhitung banyaknya gadis muda tertipu bujuk rayu yang akhirnya menjatuhkan mereka ke tangan-tangan keji para pedagang manusia.

Mengungkapkan Perdagangan Seks Dunia Karya Viktor Malarek, wartawan asal Ukraina, ini mengupas habis fenomena trafiking (perdagangan perempuan) di Eropa Timur: cara perekrutan, jalur penyelundupan, tempat penggojlokan, sampai tujuan akhir perempuan-perempuan yang menjadi korbannya. Para perempuan dalam novel ini adalah korban perkosaan yang disamarkan namanya.


PARA PEREMPUAN dalam buku ini adalah korban perkosaan. Mereka telah cukup banyak menderita. Untuk memastikan supaya mereka tak mendapat hinaan atau rasa malu lagi, nama-nama mereka telah disamarkan.
Karya Victor Malarek lainnya
Gut Instinct Merchants of Misery Haven’s Gate Hey … Maiarek!
‘oh, natasha! natasha!

Other Indonesian Books
Other Novel Books
Download

The Expected One






# SBN13: 9781416531692
# Condition: New
# Notes: BRAND NEW FROM PUBLISHER! 100% Satisfaction Guarantee. Tracking provided on most orders. Buy with Confidence! Millions of books sold!
# Publication date: 2007-04-03
# Publisher: Touchstone

A thrilling Magdalene literature! After I read this, I’m on the verge of shouting that this is indeed possible. Possible because the author, Kathleen McGowan, is saying that she is descended to the Royal Bloodline of Mary Magdalene. The notions and assertions here in the book is indeed riveting, like: Judas did not really betray Jesus, he was told to hand over Christ to prevent bloodshed. Peter didn’t really denied Jesus, the denial was an order, not a prophecy, he was told to deny, because if he did not, he will be killed, and no one will continue His teachings. This also entails the concept of Jesus and Magdalene as a couple. Not only that, the wedding in Cana, where Jesus turned 5 barrels of water into wine, is actually the wedding of Magdalene and John the Baptist. Yes, they are married through the influence of the Pharisees who didn’t want Christ to be the Messiah. I think I’m already telling everything. Read the book and be enlightened of all the possibilities which may be hidden forever in our doubtful history. History is not what happened, it is what is written.

Two thousand years ago, Mary Magdalene hid a set of scrolls in the rocky foothills of the French Pyrenees, a gospel that contained her own version of the events and characters of the New Testament. Protected by supernatural forces, these sacred scrolls could be uncovered only by a special seeker, one who fulfills the ancient prophecy of l'attendue -- The Expected One.

When journalist Maureen Paschal begins the research for a new book, she has no idea that she is stepping into an ancient mystery so secret, so revolutionary, that thousands of people have killed and died for it. She becomes deeply immersed in the mystical cultures of southwest France as the eerie prophecy of The Expected One casts a shadow over her life and work and a long-buried family secret comes to light. Ultimately she, and the reader, come face-to-face with Jesus Christ, Mary Magdalene, John the Baptist, Judas, and Salome in the pages of a deeply moving and powerful new gospel, the life of Jesus as told by Mary Magdalene.


Other Novel Books
Download

Monday, January 2, 2012

Zaman Edan Indonesia di Ambang Kekacauan






By: Richard Llyod Parry

Buku penuh fakta mengejutkan ini menuturkan kisah reportase wartawan terkemuka Richard Lloyd Parry di Indonesia antara 1996-1999.

Dia meliput dari dekat dan mengalami langsung peristiwa pembantaian etnis dan kanibalisme di Kalimantan pada 1997 dan 1999, demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal di Jakarta 1998, serta pembumihangusan Timor Timur oleh milisi dan tentara Indonesia menyusul jajak pendapat yang mengantarkan kemerdekaan negara itu pada 1999.

Ditulis dengan lancar, akrab, dan enak dibaca, buku ini membuka mata kita akan segala peristiwa kelam di negeri ini yang kerap ditutup-tutupi, sekaligus mengajak kita merenungkan kembali makna reformasi setelah 10 tahun rezim Orde Baru tumbang dan memaknai momen 100 tahun kebangkitan nasional.

gambaran nyata tentang sebuah bangsa yang sedang meluncur ke titik terendahnya ..."
— Literary Review (London) "Richard Lloyd Parry adalah wartawan pemberani dan tak kenal lelah yang masuk jauh ke dalam borok kejahatan manusia dan kembali dengan sebuah kisah yang nyaris terlalu menggiriskan untuk dipercaya ...
Reportase yang ditulis dengan indah dan berani."
— Literary Review (London) "Solidaritas terhadap orang-orang yang paling menderita mendorong lahirnya kesaksian ini ... Zaman Edan—buku Richard Lloyd Parry tentang pergulatan Indonesia antara represi dan reformasi—mengambil tema yang memiliki daya tarik luar biasa."
— The Independent (London) "Yang terbaik dari buku sejenis, muncul dari tengah kekacauan menjelang kebangkrutan pemerintahan Suharto pada 1998 ..."
— Financial Times Magazine (London) "Jurnalisme sastrawi dalam praktik dan contoh nyata. Liputan Richard Lloyd Parry tentang konflik Dayak-Madura di Kalimantan, kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, serta referendum berdarah di Timor Leste disajikan dalam sebuah dongeng mirip novel. Dan, inilah novel horor yang membuat film-film Alfred Hitchcock terasa hambar, sekaligus membuat kita akan bertanya: inikah wajah Indonesia sebenarnya?"
— Farid Gaban, pemimpin redaksi Madina


ebook yang penuh fakta mengejutkan ini menuturkan kisah reportase wartawan terkemuka Richard Liyod Parry di indonesia antara 1996-1999. dia meliput dari dekat dan mengalami langsung peristiwa pembantaian etnis dan kanibalisme di kalimantan pada 1997 dan 1999, demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal di jakarta 1998, serta pembumihanguskan timor-timur oleh milisi dan tentara indonesia menyusul jajak pendapat yang mengantarkan kemerdekaan negara itu pada 1999.
ebook ini ditulis dengan lancar, akrab dan enak dibaca, buku ini membuka mata kita akan berbagai peristiwa kelam di negeri ini yang kerap ditutup-tutupi, sekaligus sebagai cermin untuk kita merenungkan kembali makna reformasi setelah 10 tahun rezim orde baru tumbang dan memaknai momen 100 tahun kebangkitan nasional, itulah sekilas tentang ebook ini kalau kawan-kawan ingin mengetahui lebih jauh silahkan download dan baca sendiri ok.............

udul buku ini lumayan seram: Zaman Edan. Subjudul-nya tak kalah seram: Indonesia di Ambang Kekacauan.

Setuju tak setuju, suka tak suka dengan judul dan subjudul itu, harus diakui bahwa periode 1997-1999 adalah masa-masa sarat konflik dan pertumpahan darah di negara ini.

Berbagai konflik itu diliput oleh penulis buku ini, Richard Lloyd Parry, yang saat itu bekerja sebagai koresponden The Times, di Tokyo, Jepang.

Terbagi tiga bagian, bagian pertama membahas kerusuhan etnis di Kalimantan Barat (Kalbar) antara 1997-1999. Bagian kedua mengupas kerusuhan di Jakarta menjelang turunnya Soeharto, Mei 1998. Dan bagian ketiga melaporkan aksi-aksi kekerasan sebelum, selama, dan setelah referendum di Timor – Timur (Timtim) periode 1998-1999.

Dari tiga bagian tersebut, hanya bagian kedua yang sudah banyak diliput, ditulis dan diulas di media massa nasional, baik cetak maupun elektronik. Sementara bagian pertama dan ketiga, bagi masyarakat awam masih banyak yang menjadi misteri, dan informasi yang beredar umumnya dari mulut ke mulut.

Lagi pula tak banyak media massa nasional yang menampilkan foto-foto korban kekerasan di Kalbar dan Timtim, yang menjadi korban kebrutalan sesama anak bangsa.

Tak ada, misalnya, media yang menampilkan gambar/foto kepala yang terpenggal, lalu ditancapkan di tombak untuk kemudian diarak-arak saat pecah kerusuhan etnis di Kalbar.

Tak ada pula yang menampilkan foto-foto korban kekejaman tentara dan milisi saat Timtim memanas menjelang dan setelah referendum.

Buku ini juga tak menampilkan satu foto pun, yang menggambarkan aksi kekerasan berikut korban-korbannya, baik yang terjadi di Kalbar, Jakarta, maupun Timtim. Namun laporan hasil liputan Richard di tiga wilayah tersebut berhasil membuka wawasan pembacanya tentang aksi-aksi kekerasan, yang selama ini belum terungkap.

Bagi mereka yang antikekerasan, siap-siaplah menahan rasa mual saat membaca aksi kanibalisme yang dilakukan salah satu pihak yang bertikai di Kalbar terhadap lawan yang telah mereka bantai.

Richard memang tidak menyaksikan langsung aksi pertempuran antaretnis yang bertikai di sana. Namun dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri potongan tubuh manusia yang dibakar di tempat pembakaran sate.

Dia juga menyaksikan sekelompok orang yang tengah membuat api unggun dan memanggang bagian-bagian tubuh korban yang baru saja mereka bantai. Sangat seram dan biadab. Tapi itulah faktanya.

Coba simak penuturan Richard berikut ini. “Di Kalimantan, saya melihat kepala-kepala ditebas dari tubuh dan manusia memakan daging manusia. DI Jakarta, saya melihat mayat-mayat terpanggang di jalanan, dan peluru ditembakkan di sekitar saya serta ke arah saya. Saya berhadapan dengan maut, tapi masih belum tersentuh; pengalaman-pengalaman seperti ini terasa penting”. (hal 25)

Di Timtim, Richard masuk ke sana pertama kali pada 1998 dengan satu tujuan: ingin bertemu gerilyawan di hutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dia membuka kontak dengan kalangan klandestin, baik yang ada di Jakarta maupun Dili. Tujuan tersebut akhirnya tercapai, dan dia berhasil bertemu gerilyawan Falintil.

Pada 1999, Richard kembali ke Timtim saat situasi memanas menjelang referendum. Pada periode ini dia banyak menyaksikan dan melaporkan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan tentara dan milisi terhadap rakyat sipil. Dia juga berhasil menjalin kontak dan membangun jaringan dengan kalangan prokemerdekaan.

Richard berada di bekas provinsi ke-27 itu hingga masa-masa pascareferendum, saat tentara penjaga perdamaian PBB, Interfet, masuk ke sana. Kala itu dia termasuk segelintir wartawan asing yang masih bertahan di Timtim, dan menjadi saksi aksi bumi hangus yang dilakukan tentara dan milisi.

Kehadiran buku ini sangat bermanfaat dalam membuka wawasan pembaca yang masih awam atas konflik berdarah di Kalbar, Jakarta, dan Timtim periode 1997-1999. Hanya seorang wartawan pekerja keras yang punya nyali seperti Richard yang berani terjun langsung meliput periode kelam tersebut.

Buku ini juga bisa menjadi inspirasi bagi wartawan Indonesia untuk menuliskan pengalaman mereka meliput konflik berdarah yang mungkin tak dimuat di media tempat mereka bekerja, entah karena swasensor dari internal redaksi, atau karena ancaman/tekanan dari pihak penguasa, seperti di zaman orde baru (orba) dulu.

Tak ada gading yang tak retak. Buku yang menarik, enak dibaca, dan berhasil mengungkap misteri kerusuhan di Indonesia, ini tak lepas dari kekurangan - atau lebih tepat disebut ketidakakuratan penulisnya. Di halaman 34, Richard salah menjelaskan konfigurasi partai politik di masa orba.

PDI ditulisnya sebagai Banteng Merah Nomor Dua (harusnya nomor 3), sedangkan Golkar ditulisnya sebagai Beringin Kuning Nomor Tiga (harusnya nomor 2).

Itu bukan kesalahan serius. Mungkin dia terbalik memberi penomoran kedua partai itu.

Meski demikian, kesalahan itu perlu direvisi bila kelak buku ini akan dicetak ulang. Hal itu perlu dilakukan untuk menjaga kredibilitas Richard Lloyd Parry sebagai wartawan kawakan yang berani meliput konflik-konflik berdarah di berbagai negara.

Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Sunday, January 1, 2012

TRUST Harga Sebuah Kepercayaan






Genre: Mystery & Thrillers
Author: Charles Epping
Pengarangnya hebat banget. Membaca buku ini, pasti ga akan mau berhenti. Lembar demi lembar halaman buku ini terus memaksa saya membaca sampai habis. Melalui buku ini pula, saya bisa belajar seperti apa sih proses pencucian uang (money laundry) yang dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti. Lalu, mengapa para orang kaya dunia baik yang berniat baik atau tidak berniat baik senang menyimpan uangnya di bank-bank Swiss. Ya...jadinya saya tahu bagaimana sistem peraturan perbankan di Swiss dan ga heran kalo akhirnya para 'koruptor' yang nyimpan uangnya di Swiss tidak bisa tersentuh hukum dan uangnya tidak bisa dicairkan.

Dan, dari buku ini pula, saya mengetahui apa sih makhluk dari rekening perwalian dan mekanismenya yang banyak dilakukan oleh para orang Yahudi pada masa Nazi untuk melindungi harta kekayaannya agar selamat dan bisa kembali lagi dinikmati oleh pewarisnya yang sah jika dia tidak berhasil lolos dari kejahatan Nazi. Buku ini pula mengajarkan saya tentang kekejaman Nazi dan seperti apa Eropa pada masa itu. Plus, oo...seperti itu pula ya...kerjaan para manajer investasi yang dipercaya untuk mengelola dana.

Intinya...buku ini TOP karena disampaikan dengan bahasa yang lugas dan sederhana. Biarpun fiksi, tapi pengarangnya yan juga mantan ahli keuangan, membawa kisah ini real karena diulas berdasarkan data dan fakta plus melalui riset pendahuluan yang mendalam. Ga rugi deh baca buku ini.... :)



Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

The Princess-Kisah Tragis Putri Kerajaan Saudi






Putri Sultana benar-benar seorang Putri Saudi yang sangat dekat hubungannya dengan Raja. Ia menjalani hidup yang kontradiktif: dikelilingi perhiasan dan dayang-dayang, namun tak memiliki kebebasan sama sekali. Ia adalah seorang tawanan dalam sangkar emas tanpa hak suara, tanpa kuasa untuk mengendalikan hidupnya sendiri.
Takdirnya benar-benar bergantung pada belas kasihan laki-laki dalam keluarganya-ayah, saudara laki-laki, dan suaminya. Untuk pertama kalinya perempuan Saudi dari keluarga kerajaan membeberkan kisah nyata yang ada dalam sebuah masyarakat yang tertutup.
"Putri Sultana" membuka tabir yang mengejutkan tentang kawin paksa, perbudakan seks, dan kebiadaban laki-laki terhadap Kaun Hawa. Inilah sebuah kisah yang tak akan pernah bisa dilupakan.

cuplikan cerita

Aku seorang putri dari sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja. Sebut saja aku, Sultana. Namaku yang sebenarnya tak bisa kukatakan, karena cerita yang akan kusampaikan ini bisa membahayakan diriku dan keluargaku.

Aku seorang putri keluarga Kerajaan Saudi. Sebagai perempuan di negeri yang dikendalikan oleh kaum laki-laki, aku tak bisa bercerita langsung kepada Anda, sehingga aku terpaksa meminta perantara, seorang teman perempuan dari Amerika yang juga penulis, Jean Sasson.

Meski terlahir sebagai orang merdeka, aku sekarang berada dalam belenggu.Memang, belenggu itu tak terlihat, dipasang secara longgar dan tak menarik perhatian hingga aku mulai mengerti bahwa itu mengurungku dalam ranah kehidupan menakutkan yang
sempit.

Aku tak ingat apa-apa tentang kehidupan masa kecilku hingga aku berusia empat tahun. Mungkin penuh canda tawa dan permainan sebagaimana yang dialami anak kecil, berbahagia tanpa kesadaran bahwa diriku tak memiliki nilai di negeri yang mengunggulkan organ laki-aki.

Untuk mengerti hidupku, Anda harus tahu siapa leluhurku. Sebelum kami, telah ada enam generasi sejak Amir pertama Nadj, negeri badui yang sekarang menjadi bagian dari Kerajaan Arab Saudi. Para pemimpin bani Saud yang pertama-tama adalah orang-orang yang hanya bermimpi menaklukan tanah padang pasir di sekitar mereka, dan melakukan petualangan serangan di malam
hari pada suku tetangga.

Pada tahun 1891, bani Saud mengalami kekalahan perang dan terpaksa meninggalkan Nadj. Kakekku, Abdul Aziz, saat itu masih kecil. Ia nyaris tidak mampu bertahan dari penderitaan dalam pelarian di padang pasir. Ia ingat betapa malunya ketika ayahnya menyuruh masuk ke dalam sebuah tas besar yang kemudian diletakkan di atas pelana unta. Saudaranya, Nura, juga dimasukkan ke dalam tas untuk digantungkan di sisi pelana unta yang lain.Karena masih kecil, ia tak bisa ikut bertempur menyelamatkan rumahnya; dengan rasa marah ia mengintai dari dalam tas yang terayun-ayun di atas punggung unta. Merasa malu oleh kekalahan keluarganya, itu adalah titik balik dalam kehidupan masa kecilnya, saat ia menatap keindahan kampung halamannya yang
menghilang dari pandangan.

Setelah berkelana selama dua tahun di padang pasir, keluarga Saud menemukan tempat perlindungan di daerah Kuwait.Hidup di tempat perlindungan sangat dibenci oleh Abdul Aziz sehingga ia sudah bersumpah sejak dini untuk merebut kembali gurun pasir yang pernah
menjadi rumahnya.

Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Saturday, December 31, 2011

The Girls of Riyadh






Kisah Email Empat Gadis Saudi Arabia yang Menghebohkan…
ISBN 979-1238-56-4
Penulis Raja Al Sanea
Penerbit Ufuk Press
Terbit Januari 2008
Jumlah Halaman 208 halaman


Kedatangan musim semi menjadi akhir perjalananku bersama Ayyas, kutinggalkan segenap rasa cemburu dan setelah mengucapkan salam perpisahan pada rerumputan yang baru saja menampakkan hijaunya, aku menuju Tanah Saudi yang hangat. Tak sabar untuk segera berjumpa dengan empat gadis Riyad; Qamrah, Shedim, Michelle dan Lumeis, untuk mendengarkan keluh kesah perjalanan hidup mereka di tengah kungkungan tradisi arab yang mengikat mereka. Sayangnya aku tak bisa langsung bertemu dengan mereka. Seseorang memberitahuku, “duduklah di depan computer setiap jum’at siang, dan kau akan mendapatkan email misterius yang berisi kisah empat gadis Riyadh tersebut.” Setiap jum’at selama 50 minggu aku setia menanti email misterius yang menceritakan kisah empat sahabat itu. Yah, empat sahabat yang tak pernah ku kenal secara langsung, tapi dari mereka aku belajar tentang arti persahabatan, ketegaran, pengharapan, dan kesetiaan. THE GIRLS OF RIYADH, terimakasih sudah mau berbagi cerita, kawan…

Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005, dan secepatnya dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang menghebohkan. Keberanian buku ini berlanjut bak nyala api di seantero pasar gelap Saudi dan menggemparkan hingga ke belahan Timur-Tengah lainnya. Hingga kini, hak terjemahan atas buku ini telah terjual ke lebih dari dua puluh lima negara.

Setiap minggu—setelah salat Jumat—seseorang tak dikenal mengirimkan email bersambung kepada para wanita yang melakukan chatting di sebuah grup online di Saudi Arabia. Terdapat lima puluh email dalam setahun. Isinya menghebohkan.

Kisah nyata kehidupan empat gadis Riyadh: Qamrah, Michelle, Shedim, dan Lumais. Terlalu banyak hal yang mengejutkan hingga Anda harus membaca isi buku ini untuk mengetahuinya.

Another Indonesian Books

Another Novel Books
Download

Friday, December 30, 2011

Tears of Heaven from Beirut to Jerusalem






Tears Of Heaven (From Beirut To Jerusalem) ebook ini adalah kisah pengabdian seorang dokter perempuan di kamp pengungsian palestina, sebagai seorang kristen fundamentalis DR. ANG SWEE CHAI (penerima penghargaan star of palestine), dulu mendukung israel namun pengalamannya di sabra-shatila menyadarkannya bahwa orang palestina adalah manusia, kebodohan dan prasangka telah membodohkan matanya, dari penderitaan bangsa palestina, buku ini adalah kesaksiannya.

penulis : dr. Ang Swee Chai
bahasa : indonesia
penerbit : PT Mizan Pustaka
ISBN : 979-433-436-7


Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Sherlock Holmes Misteri Kematian Bintang Sirkus






Ini dia sebuah novel petualangan Sherlock Holmes yang fantastik. Inilah kasus kriminal paling pelik yang pernah ditangani Sherlock Holmes. Bintang Sirkus Grand Barboza, Walenda Bersaudara, terjatuh dan tewas seketika saat pertunjukan di hadapan para penonton. Tali akrobat mereka putus secara misterius, memicu kecelakaan paling mengerikan sepanjang sejarah bisnis pertunjukan.
Pada saat bersamaan, di Istana Buckingham Inggris, terjadi pencurian The Stuart Chronicle, buku berumur dua ratus tahun yang bertatahkan batu-batu mulia lambang kekuasan kerajaan. Adakah hubungan antara kedua kasus tersebut?Tak ada jalan lain, sang Master Detektif pun memanggil sekelompok anak tunawisma-yatim piatu yang hidup di jalanan. Dimintanya mereka mencari informasi aktual mengungkap kasus besar ini.

“Kita berurusan dengan seorang lelaki yang akan membunuh siapa pun yang menghalanginya. Kalian tidak boleh mendekatinya dalam situasi apa pun. Aku ulangi, kalian hanya mengamati, itu saja,” kata Holmes kepada Laskar Jalanan Baker Street. Siapakah sebenarnya kelompok anak-anak itu, informan yang selalu diandalkan sang detektif, yang menamakan diri Laskar Jalanan Baker Street? Mampukah mereka mengungkap misteri pembunuhan Walenda Bersaudara dan menemukan kembali The Stuart Chronicle?


Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Thursday, December 29, 2011

Senja Di Himalaya






Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Kiran Desai
Judul : Senja di Himalaya
Judul Asli : The Inheritance of Loss
Penulis : Kiran Desai
Penerjemah : Rikka Iffati Farihah
Penerbit : Hikmah
Cetakan : I, Desember 2007
Tebal : 542 hal

Senja di Himalaya adalah novel terjemahan dari The Inheritance of Loss karya penulis asal India Kiran Desai (37). Novel ini memenangkan Man Booker Prize for Fiction 2006. Penghargaan untuk novel terbaik sepanjang tahun yang ditulis oleh warga negara di negara persemakmuran Inggris dan Irlandia dimana novel tersebut harus diterbitkan dalam bahasa Inggris dan tidak dipublikasikan sendiri.

Novel ini merupakan sebuah kisah-kisah paralel yang berlatar India pasca-kolonial dan Amerika Serikat. Bersetting tahun 1980-an di perkampungan Kalimpong di pegunungan Himalaya, ceritanya berkisar pada beberapa tokoh utama dalam novel ini. Jemubhai Petel, atau yang dalam novel ini disebut ‘Sang hakim’ adalah laki-laki tua mantan hakim lulusan Cambridge yang kini menghabiskan masa pensiunnya di sebuah rumah tua yang diberi nama Cho Pyu bersama anjing kesayangannya dan seorang jurumasak setianya

Sai Petel, gadis berusia 16 tahun, cucu sang hakim yang menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya mengalami kecelakaan terpaksa harus meninggalkan sekolahnya dan tinggal bersama sang hakim di Cho Pyu. Di tempat kakeknya ini Sai jatuh hati pada Gyan guru les matematikanya , seorang mahasiswa Nepal dari sebuah perguruan tinggi ternama.

Tentu saja hubungan antara Sai dan Gyan tidak direstui oleh sang hakim karena perbedaan status, terlebih karena Gyan adalah orang Nepal, warga minoritas kelas dua dimata sang hakim. Walau awalnya Gyan mencintai Sai, namum Lambat laun sikap sang hakim dan Sai yang kebarat-baratan membuat Gyan membenci keduanya, apalagi kelak Gyan akan bergabung dengan kelompok separatis yang memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Nepal.

Sementara itu ribuan kilometer dari Kalimpong yang terpencil, Biju, anak dari juru masak sang hakim sedang berjuang memperoleh kehidupan yang layak sebagai seorang imigran gelap di New York – Amerika Serikat. Biju tersaruk-saruk dalam belantara kota New York dan bekerja sebagai pelayan restoran secara berpindah-pindah untuk menghindari kejaran pihak imigrasi. Satu-satunya penghubung antara Biju dengan ayahnya hanyalah melalui surat menyurat. Biju tak pernah mengeluh apapun soal kehidupannya kepada ayahnya, sehingga ayahnya selalu menganggap Biju telah hidup sukses di Amerika.


Kehidupan di Kalimpong yang damai terusik ketika kelompok separatis Nepal berdemonstrasi utnuk memperjuangkan kemerdekaannya. Demonstrasi damai tiba-tiba berubah menjadi kerusuhan. Kekerasan merebak di seluruh Kalimpong. Jam malam diberlakukan. Kalimpong terputus dari dunia luar. Disaat kerusuhan inilah Biju akhirnya memutuskan untuk pulang ke India untuk menemui ayahnya.

Kerusuhan ini juga menyebabkan hubungan antara Sai dan Gyan yang tergabung dalam kelompok separatis Nepal menjadi goyah. Terpengaruh oleh pandangan kelompoknya dan sikap sang hakim dan Sai yang kebarat-baratan membuat Gyan membenci keduanya.

Kisah diatas ditulis oleh Kiran Desai dalam novelnya ini dengan gaya bahasa percakapan yang sederhana antar tokoh-tokohnya, namun Desai juga menampilkan setting pendukungnya seperti tempat, karakter dan latar karakter tokoh-tokohnya dengan sangat detail. Paradoks inilah yang oleh para juri Booker Man Prize 2006 dianggap mampu membelenggu pembaca untuk bersimpati pada tokoh-tokoh dengan konfliknya masing-masing.

Dari tokoh Sang Hakim / Jemubhai Petel, kita akan disodorkan pada sosok India yang sudah kehilangan identitas ke-indiaannya dan mengalami post power syndrome ketika telah pensiun karena dia menganggap dirinya lebih tinggi statusnya dibanding masyarakt sekitarnya.

Sai Petel, Biju dan Gyan mewakili tokoh generasi muda India yang gamang, mencari jati diri diantara pertentangan nilai-nilai barat dan timur, dan efek sosial dan psikologis yang dirasakan oleh mereka karena berada di wilayah ‘antara’ budaya barat dan timur.

Salah satu bagian yang menarik dari novel ini adalah karakter Biju dan deskripsi kehidupannya sebagai imigran gelap di Amerika. Melalui karakter Biju kita akan mengetahui bagaimana para pemuda India sebagian besar beranggapan bahwa Amerika adalah tanah impian untuk meraih kesuksesan. Karenanya mereka berjuang mati-matian untuk memperoleh Green Card. Bagaimana Biju berjuang untuk memperoleh Green Card sangat menarik dan penuh dengan humor yang getir.

Ketika Green card gagal diperoleh, Biju dan sebagian besar kawan-kawannya tetap berangkat ke Amerika dengan cara illegal. Resikonya mereka harus pandai-pandai menyembunyikan diri dari pihak imigrasi Amerika. Atau kalau perlu mereka akan menikahi nenek-nenek warga Amerika guna memperoleh kewarnganegaraan Amerika. Selain itu, mereka yang telah berhasil tinggal di Amerika harus berusaha menghindar teman-teman sekampungnya yang baru datang ke Amerika karena khawatir mereka akan ditumpangi dan menimbulkan kesulitan baru ditengah kehidupan mereka yang sudah sedimikian sulit.

Seperti umumnya novel-novel peraih penghargaan sastra internasional, novel ini bukan novel yang mudah untuk dikunyah. Alur kisah tokoh-tokohnya tidak linier, kadang mundur jauh kebelakang lalu kembali lagi ke masa kini, sehingga perlu konsentrasi ekstra untuk membacanya. Kisahnyapun seakan hanya berputar-putar pada kehidupan tokoh-tokohnya, tak heran pembaca yang kurang sabar akan merasa jenuh dan tak tahan untuk menamatkan novel ini.

Ternyata kesulitan untuk menikmati novel inipun diakui oleh Kiran Desai sendiri. Dalam wawancaranya dengan wartawan Tempo - Angela Dewi (Koran Tempo, 28 Okt 2007), ketika Angela dengan jujur mengungkap bahwa ia butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan novel ini. Dengan tertawa Desai menyatakan, “Anda pembaca ke seribu yang berkata seperti itu”.

Menurut Desai novel keduanya ini yang dikerjakannya selama 7 tahun ini adalah hasil dari coretan-coretan panjang pada kertas setebal 1500 halaman dengan konflik yang lebih kompleks dari novel jadinya. Dan sebagian dari apa yang dikisahkannnya merupakan pengalaman pribadinya. Rumah Cho Oyu di Kalimpong memang benar-benar ada dan Desai pernah menginap selama beberapa hari disana.

Dengan kompleksitas pada novelnya ini Desai tampaknya mencoba menangkap makna hidup di wilayah antara timur dan barat dan bagaimana rasanya menjadi imigran. Apa jadinya sesuatu yang bukan barat diberi sentuhan dan terpapar pada hal-hal berbau barat. Apa jadinya jika orang-orang yang biasa hidup dalam kemiskinan tiba-tiba berada di negara yang kaya. Hal yang sebenarnya sudah terjadi saat kolonial Inggris menyentuh India, lalu sekarang terjadi lagi saat Amerikanisasi mulai menyentuh kehidupan orang India.

Menyoal Terjemahan dan Cover Terjemahan

Novel yang sulit tentu saja akan lebih sulit dipahami jika terjemahannya kurang baik. Selama membaca novel ini, saya menemukan beberapa kejanggalan terjemahan. Belum lagi membaca isinya, saya terperangah ketika membaca judul terjemahannya menjadi Senja di Himalaya, saya rasa terjemahan judul tersebut tidaklah pas. Memang setting cerita sebagian besar berkisar di desa Kalimpong di kaki gunung Himalaya, namun akan lebih elok jika diterjemahkan mendekati judul aslinya yang kira-kira bermakna ‘warisan yang hilang’ karena memang kisahnya mengenai ‘warisan’ budaya yang hilang akibat benturan tradisi barat paska kolonialisme di India.

Sedangkan dari segi isinya, beberapa terjemahan khususnya dalam kalimat-kalimat metafora, tampak terkesan dipaksakan diterjemahkan secara harafiah sehingga menjadi aneh dan lucu. Berikut beberapa terjemahan yang saya anggap tidak pas :
“Telepon itu duduk berjongkok di ruang tamu rumah penginapan tersebut” (hal 379).
“Dasar sampah!” Jemubhai berteriak dan, dari antara buah dada Nimi yang berduka,…(hal 278)
“…, pelan-pelan melunak, sampai pantatnya mulai menetes ke bawah kursi..” (hal 252)
“..seorang pria yang muncul dengan rekomendasi koyak yang diwarisi dari ayah dan kakek..(hl 108).

Sedangkan untuk cover novel terjemahannya, saya rasa ilustrasi cover dengan isi novel ini tidaklah cocok. Cover terjemahannya melukiskan wajah gadis India yang sedang terbaring diatas rerumputan. Apa maksudnya ? Apakah gadis ini adalah tokoh Sai ? Jikapun demikian tidaklah tepat karena novel ini tidak hanya menceritakan tokoh Sai, melainkan ada beberapa karakter utama yang memiliki porsi cerita yang sama banyaknya. Saya rasa cover aslinya berupa ilustrasi sebuah pohon lebih tepat, lebih indah, dan multi tafsir.

Jika kita cermati saat ini cover dengan wajah wanita timur mendominasi cover-cover buku kita, terlebih novel2 terbitan mizan group, sebut saja :

- My Salwa My Palestine – Ibahim Fatwal - Mizania
- Perempuan Terluka – Qaisra Shahraz - Mizan
- Taj Mahal, Kisah Cinta Abadi – John Shors - Mizan
- Taj – Timeri N. Murari - Mizan
- A Thousand Splendid Suns – Khaled Hosseini - Qanita
- Maya – Jostein Gaarder – Mizan

Apakah selera pasar memang menghendaki demikian? Apakah cover dengan ilustrasi wanita lebih ‘menjual’ dibanding ilsutrasi lain?
Ada pepatah mengatakan “don’t judge book by the cover”, memang benar! Isi sebuah buku tidak dapat dinilai hanya dengan covernya. Tapi alangkah baiknya jika cover sedapat mungkin mencerminkan isi dari sebuah buku.

Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Saturday, December 24, 2011

Sang Penebus - Wally lamb






Amerika Serikat telah menjadi pelacur dunia, membunuh orang demi minyak murah—demikian pendapat Thomas Birdsey.

Dan siang hari itu, Thomas, memasuki Three Rivers, perpustakaan umum Connecticut, menyendiri di salah satu ruang belajar di bagian belakang dan berdoa kepada Tuhan, semoga pengorbanan yang akan dia lakukan dapat diterima.

Thomas berdoa dalam diam, mengulang-ulang doa Santo Matius, “Dan jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah ia ... Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah ia karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu secara utuh dicampakkan ke dalam neraka.”

Lalu dari jaket sweater-nya Thomas mengeluarkan pisau upacara Gurkha yang dibawa ayah tirinya sebagai suvenir dari Perang Dunia II…

Apa yang dilakukan Thomas sungguh tindakan gila, namun barangkali dengan cara itu dia menunjukkan kegilaan dunia, ketakwarasan kita.


Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Samita Sepak Terjang HuiSing Murid Perempuan Cheng Ho






Penulis : Tasaro
Penerbit : Dar Mizan
Tahun Cetak : 2004
Halaman : 488 hal
Panjang : 21 cm

Hui Sing harus meninggalkan Tionkok, mengikuti gugurnya, Laksamana Cheng Ho. Sampai di tanah Jawa, gadis belia ini terjebak dalam perseteruan berdarah antara majapahit dan Blambangan. Cintanya jatuh kepada orang yang salah, bahkan nyawanya terancam oleh pengkhianatan beruntun. Dalam harapan yang hampir putus, napas nyaris mendekati ujungnya, Hui Sing memutuskan untuk bangkit, melawan takdir!

Novel berlatar belakang keruntuhan kejayaan Majapahit ini menghamparkan perjuangan panjang seorang pendekar Muslimah dalam menemukan jati dirinya. Terpisah ribuan mil dari tanah kelahirannya, Hui Sing berjuang seorang diri meredam pengkhianatan, menundukkan penguasa bodoh, sekaligus menemukan cinta sejatinya.

Tasaro adalah penulis muda yang mau berkeringat dan berdialog dengan sejarah. Semoga Tasaro terus bersemangat menggali warisan sejarah.


Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Friday, December 23, 2011

One For The Money - Uang Nomor Satu






by Janet Evanovich (Goodreads Author), Feri Hamda (Translator)
Stephanie Plum loses her job. Her life is a mess, and she desperately needs a job to pay the bills. Well, a girl has to eat, so she goes to Vinnie, her cousin in a law office, and finally gets a job, a bail-bond. The job is pretty easy for Stephanie, she’ll only have to get the chases to police, and she’ll 10% of their guarantee fee. It should be easy, right?

Stephanie’s first chased is Joseph Morelli. He wasn’t only a police, he was the ‘first lover’ for Stephanie too. Morelli is charged for killing. The only reason that Stephanie takes the case is Morelli’s guarantee fee. It was 100.000$, and if Stephanie catches Morelli and bring him to the police, she’ll get 10.000$.

The cat and mouse game begins. Stephanie, with her unbelievable luckiness, meets Morelli many times. Even Morelli ever save her when she’s in dangerous scene. Morelli tries to tell her that he isn’t guilty, but it’s hard to believe. Too many times Morelli had fooled her. Stephanie wouldn’t forget that Morelli is the one who played ‘train’ with her when she is six years old. And took her in the bakery, behind the pastry counter, ten years after.

I love the book, especially part when Stephanie does something cool as stealing Morelli’s car, his shining Cherokee. Stephanie tries her best to become the real bail-bond. She takes quick courses and advices from a professional bail-bond guy, Ranger. She also practices gun every afternoon with his best friend, because of Morelli’s insult when she couldn’t bring herself to shoot him. Stephanie’s character is witty and strong, and Morelli is the cutest bad guy. The humor in this book is made perfectly, and I laughed all along the story. Great humor mixes with slightly romance.

Beware for Indonesian Edition, the translation isn’t good enough. The translator doesn’t make a consistency between using casual tone or formal tone, and it keeps changing. Sometimes he uses ‘saya’ then ‘aku’ then ‘gua’. Moreover, he really translates some curses here into Indonesian, as shit to ‘tai’ or bitch to ‘jablai’. Makes me kind of losing the atmosphere, gezz!

Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Wednesday, December 21, 2011

Nggak Sekedar Ngampus (Novel)






By: Bambang Q - Anees

Lihatlah matahari ! Ia memiliki cahaya yang begitu kuat sehingga selain menerangi dirinya, ia juga menerangi sekitarnya. Setiap manusia dapat menjadi cahaya bila mengaktifkan seluruh potensinya. Menjadi mahasiswa adalah saat untuk mengasah diri menjadi cahaya setahap demi setahap. Mulanya barangkali kamu adalah lilin, yang mencahayai orang lain sambil sambil mengorbankan dirimu sendiri. Kemudian, kamu dapat menjadi bulan yang mencahayai orang lain setelah menyerap cahaya dari matahari. Secara perlahan, kamu akan menjadi matahari bila kamu sudah menghasilkan cahaya sendiri dan mau berbagi dengan orang lain.


Nggak sekadar ngampus tulisannya Mas Bambang Q Anees ini memang topp banget(bukan promosi lho).Isinya sangat menyentuh hati.Lebih pasnya membuat telinga jadi pedes,dan dada jadi deg-degan..he..he.Buku ini bukan cerpen ataupun sejenis novel,tapi merupakan suatu bentuk penuturan opini tentang keadaan dunia “kegelapan”mahasiswa dalam realita yang ada yang kemudian dibarengi dengan pencahayaan alias tips agar kuliah tidak hanya sekadar ngampuss..

Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Friday, December 16, 2011

My Name is Red – Namaku Merah Kirmizi






My Name is Red – Namaku Merah Kirmizi
Oleh: Orhan Pamuk
ISBN : 9791112401
Rilis : 2006
Halaman : 726
Penerbit : Serambi
Bahasa : Indonesia
Sinopsis
Sebuah misteri pembunuhan yang menegangkan … sebuah perenungan mendalam tentang cinta dan kegigihan artistik … Namaku Merah Kirmizi bermula di Istanbul simbol tonggak kejayaan-Islam yang terakhir di ujung abad keenam belas, saat Sultan secara diam-diam menugaskan pembuatan sebuah buku tak biasa untuk merayakan kejayaannya, yang dihiasi ilustrasi para seniman terkemuka saat itu. Ketika seorang seniman dibunuh secara misterius, seorang lelaki muram dengan masa silam sekelam namanya ditugasi untuk mengungkap misteri pembunuhan yang pada akhirnya menguak jejak benturan peradaban Timur dan Barat dua cara pandang dunia yang berbeda, berkaitan dengan kebudayaan, sejarah, dan identitas yang memicu konflik tak berkesudahan. Melalui karya cemerlang ini, yang diramu dengan intrik seni dan politik, dongeng-dongeng klasik, serta kisah cinta bercabang yang getir, Orhan Pamuk pemenang Hadiah Nobel Sastra mengukuhkan dirinya sebagai salah satu novelis terbaik dunia saat ini. Novel ini paling tidak telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa dan memenangkan sejumlah hadiah sastra internasional terkemuka, antara lain Prix du Meilleur Livre Etranger 2002 (Prancis), Premio Grinzane Cavour 2002 (Italia), dan International IMPAC Dublin Literary Award 2003 (Irlandia) Bintang baru telah terbit di Timur: Orhan Pamuk. New York Times. Wonderful. Spectator. Magnificent. Observer. Unforgettable Guardian. Penulis novel Turki yang paling terkemuka dan salah seorang tokoh sastra yang paling menarik … Seorang pendongeng kelas satu. Times Literary Supplement


Resensi:
Masterpiece Sastra Rekonsiliasi
Yudhiarma
Meski hanya kisah fiksi, buku ini seolah-olah menguak akar tesis Samuel P Huntington tentang potensi “benturan antarperadaban”. Ramalan guru besar ilmu politik Universitas Harvard ini-bahwa masa depan dunia pasca Perang Dingin diwarnai konflik kebudayaan Barat-Timur-kian dipertegas Orhan Pamuk dengan mendeskripsikannya dalam novel ber-setting abad ke-XVI. Kisah yang banyak mengandung renungan filsafat ini mengangkat cerita era Dinasti Ottoman (Utsmaniyyah) yang menjadi episode pamungkas kejayaan imperium Islam di Turki.
Meski demikian, maha karya ini justru dipersembahkan sang penulis untuk membangun kesadaran bahwa perbedaan apa pun tak boleh dijadikan alasan untuk bertikai dan saling menumpahkan darah. Maka, lahirlah sebuah masterpiece sastra untuk tujuan-tujuan rekonsiliasi dua kultur besar dunia (Barat-Timur).
Novel “Namaku Merah Kirmizi”, menyuguhkan misteri pembunuhan yang menegangkan dan kontemplasi mendalam tentang cinta dan kegigihan artistik. Bermula di Istanbul-kota yang menjadi simbol peradaban Islam klasik-saat Sultan secara diam-diam menugaskan penulisan buku tentang riwayat kekuasaannya yang berhias ilustrasi para seniman terkemuka kala itu.
Ketika seorang seniman dibunuh secara misterius, lelaki muram bernama Hitam dengan masa silam sekelam namanya ditugasi untuk mengungkap kejahatan itu. Aksi heroik sang ksatria pada akhirnya menguak jejak “clash of civilization” Timur dan Barat-rivalitas destruktif akibat kesalahpahaman karena perbedaan budaya, sejarah dan identitas yang memicu konflik tak berkesudahan. Sepanjang petualangan Hitam, pembaca digiring ke lorong berliku-liku dalam mengungkap rahasia tersembunyi di balik kematian seniman istana.
Kepiawaian Pamuk dalam bertutur, seakan-akan mampu menghidupkan makhluk-mahkluk di lembah kematian seperti sosok mayat, hewan, warna (merah), setan sampai kuda yang berbicara sebagaimana manusia. Sejak awal (“Aku Adalah Sesosok Mayat”) hingga akhir cerita, Pamuk menyihir pembaca dengan keahlian bertutur yang cerdas, berani dan mengundang penasaran ala dongeng 1001 malam.
Dalam novel yang disiapkan selama enam tahun ini, Pamuk mampu menembus batas fiksi dan nonfiksi, dia sanggup membawa pembaca ke alam cerita yang seolah-olah nyata. Pamuk telah menunjukkan reputasi sastra yang memukau, menarik sekaligus fenomenal.
Melalui karya cemerlang ini, yang diramu dengan intrik seni dan politik, dongeng-dongeng klasik, serta kisah cinta bercabang yang getir, Orhan Pamuk pun meraih Nobel Sastra 2006 hingga ia dikukuhkan sebagai salah satu novelis terbaik dunia. (Yudhiarma)
Sumber: http://www.suarakarya-online.com/
My Name is Red (Namaku Merah Kirmizi)
Sumber: h_tanzil
Sejarah mencatat, Sultan Ustmaniyah Murat III (1571-1595) dikenal sebagai sultan yang paling tertarik pada buku dan seni miniatur. Di masa kekuasaannya ia memerintahkan para miniaturis (pembuat ilustrasi buku) kenamaan di negerinya untuk membuat Kitab Keterampilan, Kitab Segala Pesta dan Kitab Kemenangan yang dikerjakan di Istanbul. Para miniaturis Ustmaniyah yang paling menonjol, termasuk Osman sang Miniaturis dan murid-muridnya, ikut andil dalam pengerjaan buku ini.
Penggalan sejarah inilah yang oleh Orhan Pamuk (54 thn) – peraih nobel sastra 2006 asal Turki dijadikan sebagai ide utama novel My Name is Red . Dikisahkan saat itu Sultan menugaskan Enisthe Effendi salah seorang miniaturis terkenal untuk membuat sebuah buku rahasia yang dihiasi ilustrasi-ilustrasi indah untuk merayakan kejayaannya. Tindakan sultan ini diluar kewajaran karena biasanyaTuan Osman selaku Iluminator Kepala Istanalah yang diberi wewenang untuk mengerjakan buku-buku Sultan. Dalam mewujudkan proyek sultan ini Enisthe dibantu oleh empat miniaturis lainnya yang masing-masing dikenal dengan julukan ; Elok, Zaitun, Bangau, dan Kupu-kupu.
Novel ini diawali dengan terbunuhnya Elok , salah satu dari keempat miniaturis yang bekerja dibawah pimpinan Enisthe Effendi. Pembunuhan ini menimbulkan keresahan diantara para miniaturis lainnya karena mereka mennganggap hal ini ada kaitannya dengan proyek pengerjaan buku Sultan yang dibuat dengan gaya Eropa yang pada masa itu dianggap sebagai penistaan terhadap ajaran Islam.
Lalu dikisahkan Hitam, salah satu murid dan keponakan Enisthe kembali ke rumah pamannya sepulang dari pengelanannya ke berbagai tempat selama dua belas tahun. Sejak lama Hitam telah menaruh hati pada Shekure, putri “Enisthe”-nya. Sepulang dari pengelanaannya pun ia masih menyimpan cintanya pada Shekure. Sayangnya Shekure telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Namun belum pulangnya suami Shekure selama bertahun-tahun dari peperangan membuka peluang bagi Hitam untuk merebut Shekure ke pelukannya.
Di tengah usaha Hitam merebut cinta Shekure dan belum terungkapnya siapa pembunuh Elok, Enisthe terbunuh secara mengenaskan. Namun hal ini tak menghalangi niat Hitam untuk menikahi Shekure. Dengan siasat liciknya akhirnya Hitam berhasil menikahi Shekure, namun Shekure belum mengijinkan Hitam untuk tidur seranjang dengan dirinya hingga Hitam berhasil menemukan siapa pembunuh ayahnya.
Ketika kematian Elok dan Enisthe sampai ke telinga Sultan. Ia memerintahkan Hitam selaku murid Enisthe dan Tuan Osman selaku kepala bengkel miniaturis Istana mengungkap siapa pembunuhnya. Mereka diberi waktu 3 hari untuk menemukan pembunuhnya, jika gagal nyawa mereka dan para miniaturis lainnya akan jadi gantinya.
Satu-satunya petunjuk yang ditinggalkan pembunuhnya adalah gambar seekor kuda dengan hidung yang terpotong. Hal ini menyeret ketiga miniaturis lainnya (Bangau, Zaitun, Kupu-kupu) menjadi tersangka utama. Untuk memperkaya penyelidikannya Hitam dan Tuan Osman juga diizinkan untuk masuk kedalam jantung Istana dimana terdapat ruang penyimpanan harta yang juga berisi buku-buku berilustrasi indah termasuk buku legendaris Kitab Para Raja yang dibuat dalam rentang waktu dua puluh lima tahun yang berisi lukisan-lukisan menakjubkan, yang diimpikan bisa dilihat sekali saja oleh para miniaturis selama seumur hidupnya
Novel karya peraih Nobel Sastra 2006 Orhan Pamuk My Name is Red ini bisa dikatakan novel yang kaya akan perspektif. Novel ini bisa dibaca sebagai novel sejarah peradaban islam, misteri, intrik sosial, dan teka-teki filosofis. Pamuk mengemas kisah dalam novel ini dengan sangat menarik. Narator dalam novel ini berganti-ganti dalam setiap babnya, masing-masing diberi judul sesuai dengan naratornya seperti : Aku Adalah Sesosok Mayat, Aku Akan Disebut Seorang Pembunuh, Aku Dinamai Hitam, bahkan benda-benda matipun menjadi narator dalam novel ini seperti : Aku adalah Sekeping Uang Emas, Aku Adalah Merah. dll. Masing-masing narator bertutur, bercerita dan berargumen mengenai peristiwa pembunuhan dan keadaan di sekelilingnya menurut sudut pandangnya masing-masing. Ada yang realis ada pula yang surealis. Uniknya walau si pembunuh turut menjadi narator, identitas si pembunuh tetap tak terduga hingga bab-bab terakhir.
Di halaman-halaman awal pembaca seolah diajak mengambil kesimpulan bahwa novel ini adalah novel misteri karena Pamuk membukanya dengan bab “Aku Adalah Sesosok Mayat”. Kalimat permbuka novel inipun memikat dan mengundang penasaran pembacanya karena dinarasikan oleh tokoh yang telah meninggal.
Kini aku hanyalah sesosok mayat, sesosok tubuh di dasar sebuah sumur. Walau sudah lama sekali aku menghembuskan napas terakhirku dan jantungku telah berhenti berdetak, tak seorang pun tahu apa yang terjadi padaku, selain pembunuh keji itu. (hal 17)
Namun Pamuk tak hanya mengajak pembacanya untuk larut dalam cerita misteri pembunuhan, di bagian berikutnya pembaca diajak beralih ke kisah percintaan yang membara antara Hitam dan Shekure, lalu pembaca juga akan disuguhkan debat filosofis yang menarik akibat benturan budaya Timur dan Barat khususnya dalam hal gaya melukis dimana di jaman itu melukis dengan gaya kaum Frank (Eropa) yang menggunakan metode perspektif tiga dimensi dimana benda digambar sebagaimana terlihat oleh mata telanjang dianggap penistaan terhadap agama islam yang hanya boleh membuat gambar/lukisan dengan teknik dua dimensi saja.
Namun yang mengejutkan dari semua itu – sebuah akibat yang wajar dalam memperkenalkan pemahaman Frank dalam lukisan kita – adalah menggambarkan potret sultan kita dengan ukuran sesungguhnya, dan wajahnya dilukiskan dengan semua detailnya! Tepat seperti yang dilakukan para pemuja berhala. (hal 684)
Hal ini menimbulkan pro dan kontra, sebagian miniaturis khususnya mereka yang ditugaskan membuat buku Sultan mau tak mau harus membuat lukisan dengan gaya barat sesuai dengan arahan Enishte, namun sebagian miniaturis senior menolak melukis dengan gaya ini dan rela membutakan matanya sendiri agar tak terpengaruh oleh lukisan gaya Eropa.
Selain kisah misteri, roman, debat budaya dan filosofis, pembaca juga akan disuguhkan detail-detail menarik tentang estetika seni hias buku sehingga keeksotisan buku-buku berilustrasi yang dibuat di abad 16 dimana semua buku diberi ilustrasi oleh tangan-tangan terampil para miniaturis terungkap secara indah. Tak ketinggalan beberapa kisah dongeng klasik dunia Timur juga terceritakan di novel ini.
Kesemua elemen di atas membentuk novel ini menjadi rangkaian cerita yang menarik dan enak dibaca. Semua itu diramu secara puitis dan romantis dengan cinta, seks, dan drama.
Beragamnya tokoh-tokoh yang masing-masing menjadi narator dalam buku ini walau awalnya tampak berdiri sendiri, kelak Pamuk akan menyatukan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan memberikan kejutan yang tak terduga di akhir ceritanya.
Satu hal yang mungkin akan menjadi pertanyaan pembacanya adalah judul buku ini “My Name is Red (Namaku si Merah Kirmizi), siapa dan apa sebenarnya yang dimaksud si “Merah” dalam judul buku ini ? Memang ada bab tersendiri dimana si Merah ini digambarkan sebagai warna dalam arti yang sesungguhnya. Namun rasanya tak cukup menjelaskan apa dan siapa Merah yang dimaksud dalam judul buku ini. Tampaknya Pamuk sengaja mengajak pembacanya untuk menafsirkan sendiri apa, siapa dan mengapa novel ini diberi judul My Name is Red ?
Rasanya membaca sekali saja novel ini tidaklah cukup, banyak detail-detail menarik yang tetap mengasyikan untuk dibaca berkali-kali. Dan lagi novel ini memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, tak ditemukan kejanggalan dalam alih bahasanya. Salut untuk kerja keras penerjemah dan editor novel ini (Atta Verin & Anton Kurnia) yang tampaknya telah berhasil mengalih bahasakan novel tebal yang menarik ini dengan baik.
Sedikit yang mungkin dapat menjadi halangan terbacanya novel ini adalah harganya yang relatif mahal (Rp. 89.900,-). Mungkin penerbit perlu lebih menyiasati agar novel yang kaya akan perspektif ini dapat dijual dengan harga yang lebih bersahabat sehingga dapat terjangkau dibeli dan dibaca oleh semua pecinta sastra.
Novel yang berjudul asli Benim Adim Kirmizi yang dikerjakan oleh Orhan Pamuk (penulis asal Turki) selama 6 tahun ini terbit pada tahun 1998. Pada tahun 2001 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Erdgar M. Goknar sebagai My Name is Red. Tampaknya novel ini diapresiasi dengan baik oleh khalayak sastra dunia, setidaknya novel ini telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa dan dianugerahi berbagai penghargaan sastra internasional, antara lain Prix du Meilleur Livre Etranger 2002 (Perancis), Premio Grinzane Cavour 2002 (Italia), dan IMPAC Dublin Literary Award 2003 (Irlandia). Dan sebagai puncaknya novel ini pula yang turut mengantar Pamuk sebagai peraih nobel Sastra 2006.

Another Indonesian Books
Another Novel Book
Download

Money, A memoir






Berbekal pengalaman pribadinya, wawancara dengan lebih dari 200 perempuan dari berbagai latar belakang, deretan anekdot dan opini para psikolog serta peneliti, Liz Perle berusaha tidak hanya mengungkap mengapa begitu rumit dan bertentangannya sikap perempuan terhadap uang, tetapi juga memberikan solusinya, baik bagi para perempuan yang sudah/belum menikah maupun bagi para lelaki yang ingin menyikapi perempuan dengan baik soal uang.

***

”Sebuah buku yang cerdas, lucu, dan mendalam tentang perempuan dan uang. Liz Perle menulis topik yang sangat penting ini dengan cinta dan antusiasme.”
- Judith Orloff, M.D., Penulis Positive Energy

”Liz Perle menyuguhkan kisah yang terus terang dan sangat pribadi mengenai apa yang dibutuhkan perempuan untuk merebut kembali kebebasan finansial dan emotif mereka”.
- Cheryl Richardson, Penulis Take Time for Your Life

”Setiap perempuan yang membaca buku yang menyentuh, cerdas, dan apa adanya ini akan mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai salah satu hubungan yang paling penting dalam hidupnya�hubungan antara dirinya dan dompetnya”.
- Debbie Ford, Penulis The Dark Side of the Light Chasers dan The Best Year of Your Life
”Saya kini bisa lebih memahami mengapa perempuan bersikap jauh lebih bertentangan terhadap uang dibandingkan dengan lelaki. Buku ini enak dibaca dan juga berguna bagi para lelaki”.
- Stewart Aslop, Pengusaha, tinggal di San Francisco

”Buku dahsyat ini ditulis dengan kejenakaan dan kearifan yang diraih dengan susah payah, dan saya harap dapat mengilhami kaum perempuan untuk sungguh-sungguh jujur dalam memandang hubungan mereka dengan uang. Inilah telaah yang seharusnya sudah sejak lama dilakukan.”
-Arianna Huffington, Penyunting pada Huffingtonreport.com

”Buku yang luar biasa ini membongkar sikap bertentangan yang dirasakan perempuan tentang segala hal yang berbau uang, kita senang sekali barang-barang bagus tetapi merasa bersalah jika memiliki dan terhina jika tidak memiliki. Saya mewajibkan semua klien saya laki-laki dan perempuan membaca buku ini”.
- Chellie Campbell, Penulis The Wealthy Spirit dan From Zero to Zillionaire


Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

Tuesday, December 13, 2011

Menggenggam Dunia, Bukuku Hatiku






Ada sebuah rumah, “rumah dunia” namanya. Pemiliknya adalah seorang yang ingin mengenggam dunia.Ini adalah sebuah mimpi. Mimpi yang kini telah dilihat dan dirasa oleh banyak orang. Mimpi yang sudah layak dikata sebagai kesuksesan. Buah sebuah kegigihan dan sifat pemberani seorang hamba yang selalu berprasangka baik kepada Tuhannya. Hamba yang berkata bahwa “mimpi adalah rangsangan hebat untuk menuju kesuksesan”. Ia sudah membuktikannya.

Dalam buku ini, Gola Gong, menceritakan dengan rinci kehidupannya dari masa kecil sampai dengan lahirnya novel “Balada Si Roy” yang begitu laris manis di pasaran. Perjalanan hidup yang mengagumkan. Jiwa petualangan jang memesona. Kepercayaan diri yang begitu kuat sebagai jiwa dalam tiap langkah dan sikapnya.

Dengan membaca buku ini, didapat satu prinsip-prinsip sikap dalam menjalani sebuah profesi, apapun jenis profesi yang kita pilih. Kesungguhan, keseriusan, kerja keras dan penjiwaan mesti menjadi modal utamanya.

Pencapaian Gola Gong tidak didapat begitu saja. Semua dilalui dengan cukup keras dari masa kecilnya. Hampir semua pengalamannya terceritakan di buku ini. Bahkan dengan jelas-jelas Gola Gong juga mengatakan bahwa peranan orang tua sangat berpengaruh pada jalan hidupnya. Pada keputusannya.

Gola Gong juga meyakinkan bahwa kekuatan “buku” sangat mempengaruhi pola hidupnya. Dengan buku dunia menjadi begitu luas dan terbukanya. Dengan buku kita bisa menggenggam dunia. Dengan buku pula dia akhirnya menemukan jalan hidupnya. Imajinasi dan kesungguhannya dalam menyikapi hidup tak lepas sebagai pemicu tiap langkahnya. Imajinasi yang berawal dari akibat kecintaannya pada buku sejak masa kecilnya.

Dalam buku ini, Gola Gong, menguraikan dengan rinci pengaruh buku pada kehidupannya. Juga cita-citanya untuk menyebarkan virus cinta buku pada generasi berikutnya. Dalam buku ini juga Gola Gong menguraikan bagimana dia mencintai Serang Banten, daerah yang bukan daerah kelahirannya, daerah yang terkenal sebagai derah Jawara dengan segala kesan miringnya, dan dia ingin mengubah kesan itu, dan terus memperjuangkannya.

Jadikan hidup kita menjadi inspirasi. Jejali jiwa dengan kekuatan buku. Maka, dunia dalam genggaman.

Another Novel Books
Another Indonesian Books
Download
Related Posts with Thumbnails

Put Your Ads Here!