Sunday, January 1, 2012

The Princess-Kisah Tragis Putri Kerajaan Saudi






Putri Sultana benar-benar seorang Putri Saudi yang sangat dekat hubungannya dengan Raja. Ia menjalani hidup yang kontradiktif: dikelilingi perhiasan dan dayang-dayang, namun tak memiliki kebebasan sama sekali. Ia adalah seorang tawanan dalam sangkar emas tanpa hak suara, tanpa kuasa untuk mengendalikan hidupnya sendiri.
Takdirnya benar-benar bergantung pada belas kasihan laki-laki dalam keluarganya-ayah, saudara laki-laki, dan suaminya. Untuk pertama kalinya perempuan Saudi dari keluarga kerajaan membeberkan kisah nyata yang ada dalam sebuah masyarakat yang tertutup.
"Putri Sultana" membuka tabir yang mengejutkan tentang kawin paksa, perbudakan seks, dan kebiadaban laki-laki terhadap Kaun Hawa. Inilah sebuah kisah yang tak akan pernah bisa dilupakan.

cuplikan cerita

Aku seorang putri dari sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja. Sebut saja aku, Sultana. Namaku yang sebenarnya tak bisa kukatakan, karena cerita yang akan kusampaikan ini bisa membahayakan diriku dan keluargaku.

Aku seorang putri keluarga Kerajaan Saudi. Sebagai perempuan di negeri yang dikendalikan oleh kaum laki-laki, aku tak bisa bercerita langsung kepada Anda, sehingga aku terpaksa meminta perantara, seorang teman perempuan dari Amerika yang juga penulis, Jean Sasson.

Meski terlahir sebagai orang merdeka, aku sekarang berada dalam belenggu.Memang, belenggu itu tak terlihat, dipasang secara longgar dan tak menarik perhatian hingga aku mulai mengerti bahwa itu mengurungku dalam ranah kehidupan menakutkan yang
sempit.

Aku tak ingat apa-apa tentang kehidupan masa kecilku hingga aku berusia empat tahun. Mungkin penuh canda tawa dan permainan sebagaimana yang dialami anak kecil, berbahagia tanpa kesadaran bahwa diriku tak memiliki nilai di negeri yang mengunggulkan organ laki-aki.

Untuk mengerti hidupku, Anda harus tahu siapa leluhurku. Sebelum kami, telah ada enam generasi sejak Amir pertama Nadj, negeri badui yang sekarang menjadi bagian dari Kerajaan Arab Saudi. Para pemimpin bani Saud yang pertama-tama adalah orang-orang yang hanya bermimpi menaklukan tanah padang pasir di sekitar mereka, dan melakukan petualangan serangan di malam
hari pada suku tetangga.

Pada tahun 1891, bani Saud mengalami kekalahan perang dan terpaksa meninggalkan Nadj. Kakekku, Abdul Aziz, saat itu masih kecil. Ia nyaris tidak mampu bertahan dari penderitaan dalam pelarian di padang pasir. Ia ingat betapa malunya ketika ayahnya menyuruh masuk ke dalam sebuah tas besar yang kemudian diletakkan di atas pelana unta. Saudaranya, Nura, juga dimasukkan ke dalam tas untuk digantungkan di sisi pelana unta yang lain.Karena masih kecil, ia tak bisa ikut bertempur menyelamatkan rumahnya; dengan rasa marah ia mengintai dari dalam tas yang terayun-ayun di atas punggung unta. Merasa malu oleh kekalahan keluarganya, itu adalah titik balik dalam kehidupan masa kecilnya, saat ia menatap keindahan kampung halamannya yang
menghilang dari pandangan.

Setelah berkelana selama dua tahun di padang pasir, keluarga Saud menemukan tempat perlindungan di daerah Kuwait.Hidup di tempat perlindungan sangat dibenci oleh Abdul Aziz sehingga ia sudah bersumpah sejak dini untuk merebut kembali gurun pasir yang pernah
menjadi rumahnya.

Another Indonesian Books
Another Novel Books
Download

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

Put Your Ads Here!