Monday, October 10, 2011

Hafalan Shalat Delisa








Penerbit : Republika
Edisi : Soft Cover
ISBN : 9793210605
ISBN-13 : 9789793210605
Tgl Penerbitan : 2007-00-00
Bahasa : Indonesia

Halaman : v + 248 hal
Ukuran : 205x135x0 mm
Sinopsis Buku:
Buku yang indah ditulis dalam kesadaran ibadah. Buku ini mengajak kita mencintai kehidupan, juga kematian, mencintai anugerah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah. - Habiburrahman El Shirazy ( Novelis . Penulis Best Seller Ayat-ayat Cinta )

Novel ini disajikan dengan gaya sederhana namun sangat menyentuh. Penulis berhasil menghadirkan tokoh-tokoh dan suasana dengan begitu hidup. Islami dan luar biasa. Pantas dibaca oleh siapa saja yang ingin mendapatkan pencerahan rohani. - Ahmadun Yosi Herfanda ( Sastrawan dan Redaktur Sastra Republika )

Dramatis, tanpa perlu hiperbolik. Menyentuh, tanpa perlu mengharu biru. Kecerdasan dalam kepolosan. Terkadang malu sendiri ketika menyimak si mungil Delisa. Seolah menonton film dokumenter ketika membacanya lembar demi lembar. Two thumbs up !


Ini adalah kisah tentang tsunami¡K Ini adalah kisah tentang kanak-kanak¡K Ini adalah kisah tentang proses memahami¡K Ini adalah kisah tentang keikhlasan¡K Ini adalah kisah tentang Delisa¡K Bila sebelumnya tidak membaca frequently asked question-nya, pastilah saya akan mengira ini adalah kisah nyata yang terekam oleh Tere Liye dan dikembangkan menjadi sebuah cerita yang hebat.

Kisah yang dimulai dengan keharmonisan dan kelucuan tingkah sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari ummi Salamah yang perhatian tetapi juga tegas dan abi Usman yang bekerja di perusahaan kapal asing yang baru pulang 3 bulan sekali dengan keempat putrinya, Fathimah si sulung berusia 16 tahun yang suka membaca dan sering diskusi hebat dengan ayahnya, si kembar berusia 12 tahun Aisyah yang jahil, Zahra yang pendiam tetapi penuh perhitungan dan si bungsu Delisa, berusia 6 tahun, tokoh utama kisah ini dan seorang gadis kecil polos dengan rambut curly, mata kehijauan, cerewet, suka bertanya, suka ngeles,suka warna biru, ceria, cerdas, dan yang suka manyun bin ngambek bila main sepak bola ditempatkan diposisi kipper karena dia ingin posisi striker. Kisah tentang sesuatu yang sebenarnya sangat sederhana, episode Delisa dalam menundukkan hafalan shalatnya untuk mendapatkan hadiah kalung emas dengan liontin huruf D untuk Delisa dari ummi, liontin yang sempat menyulut cemburu kakaknya Aisyah. Kalung yang sempat hilang dari memorinya, kalung yang akhirnya mempertemukannya kembali dengan umminya meskipun dalam kondisi yang sangat mengejutkan. Hari itu Delisa sedang bersiap untuk ujian hafalan shalat oleh bu guru Nur dan didampingi oleh umminya yang menggenggam kalung hadiah keberhasilannya nanti. Sekarang gilirannya¡K Allahu Akbar¡K Persis ketika Delisa usai ber-takbiratul ihram, 130 km dari Lhok Nga lantai laut retak seketika, bumi menggeliat, mengirimkan pertanda kelam menakutkan. Ka-bi-ra- wal-ham-du-lil-la-hi- ka-tsi-ro¡K Tanah bergetar dahsyat, menjalar merambat menggentarkan seluruh dunia radius ribuan kilometer, air laut seketika tersedot ke dalam rekahan tanah maha luas. Innashalati, wanusuki, wa-ma-¡Kwa-ma¡Kwa-mah-ya-ya, wa-ma-mati¡K Gempa dahsyat tidak terbendung, Banda Aceh luluh lantak, Nias lebur, Lok Nga menyusul.

Tepat ketika Delisa mengucap wa-ma-ma-ti, lantai sekolah bergetar hebat, genteng berjatuhan, papan tulis jatuh berdebam, gelas bunga bu guru Nur jatuh yang pecahannya menggores lengan Delisa. Anak-anak dan orangtua berteriak berhamburan, kepanikan melanda. Delisa bergeming¡K Delisa mengulang bacaannya yang terganggu, Ya Allah¡KDelisa takut¡KDelisa gentar¡Ktapi Delisa ingin untuk pertama kalinya ia shalat bacaannya sempurna dan khusuk seperti kisah shahabat nabi yang tak bergerak dari shalatnya ketika kalajengking menggigitnya ataupun dipanah berkali-kali oleh musuh¡K Delisa bergetar¡K La-sya-ri-ka-la-hu-wa-bi..wa-bi..wa-bi-dza-li-ka-u-mir-tu-wa-ana minal mus-li-min¡K Bagai dipukul tenaga raksasa, air yang tersedot ke dalam rekahan bumi seketika mendesak keluar menghempas balik menuju pantai.

Tingginya tak kurang sepuluh kilometer, kecepatannya bagai deru pesawat, melibas apa saja. Al-ham-du-lillahirabbil ¡¥a-la-min. Ar-rah-man-nir-ra-him. Ma-li-ki-yau-mid-din¡K Ih-di-nas-sirotol-mus-ta-qim¡K Para nelayan itu berseru panik saat melihat lautan seperti ditinggikan dan ombaknya menelan mereka tanpa daya Delisa meneruskan ujian hafalan shalatnya, Al fathihah sukses dilafalkan, surat Al-Ma¡¦un mulai dibacanya. Aduh lupa¡Kbu guru Nur akan membantu, tetapi Delisa menggeleng, jangan! jangan dibantu¡KDelisa bisa ingat kok, jembatan keledai kak Aisyah membantu mengingatnya¡Kasal dia khusuk¡K Gelombang itu sudah menyapu Banda aceh, rumah bagai sabut disapu air, pepohonan bertumbangan, tiang listrik roboh seperti lidi, mobil terangkat seperti mainan. Sa-mi¡¦-allahu-li-man-ha-mi-dah¡K

Gelombang menyentuh tembok sekolah Rab-ba-na-la-kal-ham-du¡K Delisa terpelanting, megap-megap oleh air kotor yang terminum olehnya, tubuhnya terbanting, kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih tersisa, seketika tubuhnya terlempar kesana kemari, kakinya remuk menghantam pagar besi sekolah, tangannya terantuk batang kelapa dan patah, mukanya dihajar pelepah daun kelapa, giginya tanggal. Delisa tidak merasakan apa-apa lagi. Pingsan. Tetapi Delisa tetap Delisa¡K Semua kesedihan yang melanda, semua kehilangan yang dirasakan, semua kengerian yang telah dialami, semua dilaluinya dengan optimis dalam bingkai pengharapan. Sampai pada suatu saat dia mendapati Allah tidak lagi adil padanya. Berita ditemukannya ummi Umam tanpa ummi Salamah telah membakar amarahnya. Mereka bilang, anak yang baik, do¡¦anya selalu terkabul. Delisa sudah menjadi anak yang baik dan selalu berdo¡¦a agar segera dipertemukan dengan umminya, tetapi kenapa justru Teuku Umam yang jahil, nakal, pelit mendapat hadiah dengan dipertemukan dengan umminya. Sungguh tidak adil, mereka semua pembohong.

Ustadz Rahman bohong, bu guru Nur bohong, abi bohong, ummi bohong. Kebencian Delisa atas ketidakadilan yang menimpa dirinya telah menjalar ke seluruh tubuhnya, ¡¥nisan¡¦ kakak-kakaknya diinjak-injak beserta bunga mawar biru terakhir yang dipetik dari halaman rumahnya, meninju-ninju gundukan tanah. Pengkhianatan dari pasukan hatinya. Terluka¡K Meskipun buku ini distempel sebagai buku revisi tetapi masih banyak dijumpai kesalahan ketik, kalimat tanpa spasi, pemakaian kata sambung yang kurang tepat dan yang paling menggangguku adalah pemakaian kosa kata ¡¥sempurna¡¦ yang menurutku terlalu sering sehingga kesan dramatisirnya menjadi berkurang. NB: Bila anda ingin membacanya dan termasuk sensitive, sediakan tisu disebelah anda dan akan lebih baik bila tidak membacanya di ruang publik (ntar jadi tontonan gara-gara nangis hehe...


Another Novel Books
Anther Indonesian Books
Download

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

Put Your Ads Here!