Friday, June 18, 2010

The 8th Habit












The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness
(Sifat Ke-8 dari Manusia yang Efektif)

Rupanya Steven Covey merasa bahwa 7 sifat manusia yang efektif hasil
pemikirannya masih kekurangan sesuatu. Tahun 2004, Covey kembali dengan
bukunya The 8th Habit yang muatannya mengenai sifat ke-8 dari manusia
yang efektif.
Covey mengatakan bahwa menjadi manusia yang efektif -- baik secara
individu maupun organisasi -- bukan lagi merupakan pilihan masa kini.
Sebaliknya, itu telah menjadi harga yang harus dibayar untuk memasuki
permainan kehidupan. Bertahan hidup, berinovasi, mengungguli dan
memimpin pada saat ini menuntut kita untuk membangun dan meraih lebih
dari sekadar efektif. Tuntutan dari kebutuhan masa kini adalah kebesaran (greatness).

Dalam pengantarnya, Covey juga menyebutkan bahwa sifat ke-8 bukan
merupakan penambahan terhadap 7 sifat sebelumnya (karena kelupaan).
Sifat ke-8 ini adalah mengenai melihat dan menuai kekuatan dimensi
ketiga dari 7 sifat sebelumnya untuk memenuhi tantangan inti masa
sekarang. Kebiasaan ke-8 yaitu: Temukan suaramu dan
inspirasikan yang lain untuk menemukannya (/find your voice and inspire
others to find theirs).

Suara itu sendiri didefinisikan sebagai kepentingan pribadi yang unik
(unique personal/significance). Suara itu merupakan inti talenta
(bakat alami dan kekuatan), kecintaan (sesuatu yang memberikan tenaga,
menghibur, memotivasi dan menginspirasi kita secara alami), serta
kebutuhan dan kesadaran (suara kecil dalam diri yang memastikan apa yang
benar dan mempercepat kita melakukannya).

Kita sebagai manusia memiliki kebebasan memilih. Sejarah manusia (yang
bebas) bukanlah ditulis dengan kebetulan, tetapi dengan pilihan. Di sisi
lain, kita memiliki empat jenis intelegensi/kemampuan secara alami:
mental/pikiran (IQ), tubuh (PQ), emosi (EQ), dan spiritual (SQ).

Pada semua manusia yang hebat, kita dapat menemukan manifestasi
tertinggi dari ke-4 jenis intelegensi tersebut, yakni: visi (kemampuan
mental), disiplin (kemampuan emosional), kecintaan (kemampuan spritual),
dan kesadaran (kemampuan spritual).

Visi adalah melihat dengan mata hati apa yang mungkin terhadap orang,
proyek, penyebab, ataupun perusahaan. Disiplin adalah membayar harga
untuk membawa visi menjadi kenyataan. Kecintaan adalah api dan kekuatan
yang memengaruhi, serta tenaga yang mempertahankan disiplin untuk meraih
visi. Kesadaran adalah perasaan mental dalam diri terhadap apa yang
benar dan salah, serta tenaga terhadap arti dan kontribusi.

Bila kita menghargai, mengembangkan, mengintegrasikan dan menyeimbangkan
kemampuan ini dan meraih manifestasi tertingginya, sinergi di antaranya
akan menyalakan api dalam diri kita sehingga kita menemukan suara kita.

Dalam organisasi yang sudah akut, ke-4 kompetensi itu telah lumpuh.
Dalam hal mental, tidak ada visi/nilai bersama. Dalam hal tubuh,
terdapat ketidaksesuaian (misalnya, persaingan antardepartemen ataupun
kemunafikan). Dalam hal emosi, terdapat ketidakberdayaan (apati, bosan
atapun kemarahan). Dalam hal spiritual, kepercayaan yang ada sudah memudar.

Tugas kepemimpinan adalah mengatasi ke-4 sindrom akut tersebut. Dalam
hal mental, harus dilakukan pencarian jalan (pathfinding). Dalam hal
tubuh, harus dilakukan penyesuaian (alignment). Dalam hal hati, harus
dilakukan pemberdayaan (empowering). Dalam hal spiritual, harus
dilakukan pemodelan (modeling). Proses inilah yang dimaksud dengan
"menginspirasi yang lain untuk menemukan suaranya". Kata kunci untuk
meraih kesemua ini adalah fokus dan eksekusi.

Terdapat sejumlah prinsip dalam hal pemodelan dan pencarian jejak: suara
pengaruh, suara kelayakpercayaan, suara dan kecepatan kepercayaan, serta
satu suara. Di sisi lain, dalam hal penyesuaian dan pemberdayaan
dibutuhkan suara eksekusi dan suara pemberdayaan.

Kebiasaan ke-8 merupakan titik potong tengah antara tiga hal: kebesaran
pribadi (visi, disiplin, kecintaan dan kesadaran); kebesaran organisasi
(visi, misi dan nilai); kebesaran kepemimpinan (pemodelan, pencarian
jejak, penyesuaian dan pemberdayaan).

Sementara itu, kehidupan memiliki makna yang dapat dirangkum sebagai 4L,
yaitu: live (bertahan hidup), love (mencintai), learn (belajar),
dan leave a legacy (meninggalkan warisan).

Berbeda dari buku Seven Habits sebelumnya yang sangat berorientasi
pada kepraktisan, maka The 8th Habit ini dirasakan sangat berorientasi
pada teori. Bahkan, di bagian apendiks buku ini dapat ditemukan hasil
penelitian Covey terhadap execution question (xQ) yang dilakukannya,
serta sejumlah pembahasan literatur dan teori tentang kepemimpinan.

Menuntut keseriusan dalam membaca dan memahaminya. Mungkin itulah extra
effort yang dibutuhkan untuk dapat memahami buku ini secara utuh. Yang
tak kalah menarik, buku ini dilengkapi DVD -- terdapat dalam setiap
buku, tidak dijual secara terpisah -- yang dapat menambah pemahaman kita
terhadap teori Covey dalam buku ini.

Download bagian 1
Download bagian 2
Buku ilmiah populer yang lain

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

Put Your Ads Here!